Selasa, 28 April 2020

Badak Cula Satu Pandeglang, Satu-satunya Aset Dunia Tinggal 35 Ekor

Wawan Setiawan Tirta


WWF (World Wide Fund For Nature ) dan International Rhino Foundation (IRF) menambah 120 kamera video otomatis untuk pengamatan dan pelestarian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Dyah Ekarini, Communication Officer for Sumatra Program WWF-Indonesia, mengatakan Direktur IRF, Susie Ellis, mengatakan penambahan 120 kamera video otomatis ini akan melengkapi kamera video otomatis yang dimiliki dan dioperasikan Balai Taman Nasional Ujung Kulon tersebut.

Kebutuhan tambahan ini diketahui setelah Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, mempresentasikan hasil identifikasi keberadaan Badak Jawa bercula satu ini, menggunakan kamera video otomatis oleh tim Rhino Observation Activity and Management (ROAM) Taman Nasional Ujung Kulon selama 2011. “Disampaikan dalam pertemuan IUCN AsRSG (Asian Rhino Specialist Group) di Cisarua tanggal 9 – 13 Maret 2012 yang lalu.”ucapnya

Menurut Direktur IRF, WWF bekerja sama Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk melakukan pengamatan populasi Badak Jawa
bercula satu di Ujung Kulon tersebut, menggunakan kamera sejak dekade 1990-an.

Pada saat itu, penggunaan kamera mengidentifikasi satwa liar, yakni terhadap Badak Jawa yang hampir punah merupakan hewan warisan dunia yang masih terlihat hanya terdapat di Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Selain itu, kamera video otomatis ini merupakan pertama kalinya di Indonesia.

Sejak tahun 2008, peran kamera foto digantikan video. Pada tahun 2011, Balai Taman Nasional Ujung Kulon secara resmi menggunakan kamera video otomatis sebagai alat menghitung populasi Badak Jawa. “Dan, berhasil mengidentifikasi 35 individu Badak Jawa yang terdiri dari 22 individu jantan dan 13 individu betina.”ujarnya

Setelah Badak Jawa di Vietnam dinyatakan punah pada 2011, populasi di Ujung Kulon menjadi benteng terakhir Badak Jawa di dunia.
“Penambahan kamera video otomatis ini diharapkan menjadi langkah penting memastikan kelangsungan hidup dan keberadaan badak jawa tersebut,” kata Susie.

Hal senada disampaikan Adhi Hariyadi, Kordinator Program Konservasi Badak WWF-Indonesia.”Bahwa penambahan kamera video otomatis ini akan menambah akurasi basis informasi Badak Jawa di Ujung Kulon” katanya.

Dipadu monitoring berdasarkan DNA, rekaman video ini akan memberikan gambaran lebih utuh populasi badak jawa. “Bahkan, perilaku badak pun dapat diteliti secara mendalam melalui rekaman video tersebut,” ujar Hariyadi, menambahkan.

Selain itu, Moh. Haryono, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon menambahkan, jumlah total 160-an kamera video otomatis yang dipasang serentak, tidak hanya informasi Badak Jawa yang akan diperoleh. Tapi juga informasi tentang satwa lain. Bahkan, video tersebut dengan sendirinya akan menjadi alat monitoring aktivitas manusia di dalam habitat badak di Ujung Kulon.

Keseluruhan itu akan menjadi modal penting bagi Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk meningkatkan populasi Badak Jawa di
Ujung Kulon sejalan dengan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia,” kata Haryono