Shock absorber adalah salah satu komponen penting pada sistem suspensi suatu kendaraan. Shock absorber berguna untuk meredam gaya osilasi dari pegas. Peredaman ini dilakukan dengan memperlambat dan mengurangi besarnya getaran dari gerakan osilasi pegas, yaitu dengan mengubah energi kinetik dari gerakan suspensi menjadi energi panas yang dapat dilepaskan melalui cairan hidrolik.
Jika pada sistem suspensi mobil cuma ada pegas saja, maka kendaraan akan cenderung terus berguncang dan bergetar naik turun ketika menerima kejutan dari jalan. Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan saat berkendara.
Oleh karena itu, shock absorber sangat berperan penting untuk meredam getaran dan guncangan yang terjadi akibat oskilasi pada pegas sehingga kenyamanan dan pengendalian kendaraan yang lebih baik bisa dicapai.
Di kendaraan, salah satu sisi shock absorber umumnya terpasang pada rangka kendaraan dan sisi lainnya terhubung pada komponen lower arm (lengan ayun bawah) yaitu komponen suspensi yang bergerak bebas mengikuti gerak naik turun roda.
Di dalam shock absorber terdapat cairan / fluida yang dikenal dengan sebutan minyak shock absorber. Minyak inilah yang akan meredam getaran osilasi pegas dan mengubahnya menjadi energi panas. Pada beberapa tipe shock absorber , fluida ini ada yang digantikan dengan gas / udara bertekanan, namun memiliki fungsi yang sama yaitu meredam getaran yang terjadi akibat gerakan osilasi pegas.
Secara konstruksi, shock absorber terdiri atas 3 komponen utama yaitu
Untuk lebih jelasnya perhatikan konstruksi dari struktur shock absorber pada gambar dibawah berikut
Sock absorber bekerja dalam dua siklus kerja yaitu siklus kompresi dan siklus ekstensi. Masing masing siklus bekerja secara bergantian seiring dengan pergerakan pegas yang menarik atau mendorong piston rod. Perhatikan cara kerja kedua siklus shock absober dibawah ini
Siklus kompresi merupakan siklus kerja shock absorber ketika piston rod dalam posisi tertekan akibat gaya osilasi pegas suspensi. Tekanan yang terjadi pada piston rod ini membuat shock absorber mengalami pemendekan ukuran.
Saat siklus kompresi terjadi, piston akan bergerak kedalam dan menekan minyak shock absorber yang berada di dalam ruang bawah piston. Akibatnya, minyak akan tertekan dan mengalir menuju ruang atas piston melalui sebuah lubang valve berukuran besar sebagai tempat berpindahnya minyak shock absorber.
Sementara itu, lubang orifice kecil pada piston akan tertutup oleh katup yang berupa membran tipis yang dipasang dibawah piston. Tertutupnya lubang orifice ini terjadi akibat tekanan pada piston yang menekan minyak. Tekanan minyak ini akan membuat katup / membran tersebut menutup lubang orifice.
Dengan begitu, maka saat ini shock absorber tidak melakukan peredaman terhadap gaya tekan osilasi dari pegas suspensi karena minyak dapat naik langsung ke dalam ruang diatas piston dengan mudah melalui lubang valve berukuran besar tadi.
Baca juga :
Siklus ekstensi menjadi siklus kerja shock absorber ketika piston bergerak dari posisi bawah kembali ke atas. Gerakan ini akan mengubah ukuran shock mengalami pemanjangan ukuran kembali.
Kembalinya piston yang bergerak naik keatas ini membuat minyak shock absorber yang sudah berada diruang atas piston menjadi tertekan. Disisi lain, lubang valve berukuran besar ini akan tertutup akibat tekanan minyak yang semakin membesar.
Sedangkan disisi lain, tekanan minyak juga akan menekan membran yang menutup lubang orifice kecil sebelumnya. Ketika membran penutup lubang orifice ini terbuka, maka minyak shock absorber akan mengalir kembali ke ruangan dibawah piston.
Namun karena tempat mengalirnya minyak shock pada lubang orifice ini terlalu kecil, maka aliran minyak shock absorber ini akan terhambat dan tidak akan bisa cepat turun ke ruang bawah piston. Disaat inilah shock absorber melakukan peredaman terhadap gaya osilasi pegas suspensi.
Jika pada sistem suspensi mobil cuma ada pegas saja, maka kendaraan akan cenderung terus berguncang dan bergetar naik turun ketika menerima kejutan dari jalan. Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan saat berkendara.
Oleh karena itu, shock absorber sangat berperan penting untuk meredam getaran dan guncangan yang terjadi akibat oskilasi pada pegas sehingga kenyamanan dan pengendalian kendaraan yang lebih baik bisa dicapai.
Di kendaraan, salah satu sisi shock absorber umumnya terpasang pada rangka kendaraan dan sisi lainnya terhubung pada komponen lower arm (lengan ayun bawah) yaitu komponen suspensi yang bergerak bebas mengikuti gerak naik turun roda.
Di dalam shock absorber terdapat cairan / fluida yang dikenal dengan sebutan minyak shock absorber. Minyak inilah yang akan meredam getaran osilasi pegas dan mengubahnya menjadi energi panas. Pada beberapa tipe shock absorber , fluida ini ada yang digantikan dengan gas / udara bertekanan, namun memiliki fungsi yang sama yaitu meredam getaran yang terjadi akibat gerakan osilasi pegas.
Komponen Shock Absorber
Secara konstruksi, shock absorber terdiri atas 3 komponen utama yaitu
- Piston ; Piston adalah komponen di dalam tabung shock absorber yang bergerak naik turun saat shock absorber bekerja. Pada piston kerap terdapat lubang orifice yang kecil dan lubang valve berukuran besar sebagai tempat mengalirnya minyak shock absorber.
- Tabung ; Merupakan tempat dari minyak shock absorber sekaligus digunakan sebagai tempat piston bergerak naik turun selama melakukan peredaman.
- Piston Rod ; Merupakan batang penghubung antara piston dengan tabung luar dari shock absorber yang dikaitkan ke rangka kendaraan
Untuk lebih jelasnya perhatikan konstruksi dari struktur shock absorber pada gambar dibawah berikut
Cara kerja Shock Absorber
Sock absorber bekerja dalam dua siklus kerja yaitu siklus kompresi dan siklus ekstensi. Masing masing siklus bekerja secara bergantian seiring dengan pergerakan pegas yang menarik atau mendorong piston rod. Perhatikan cara kerja kedua siklus shock absober dibawah ini
1. Siklus kompresi (Penekanan)
Siklus kompresi merupakan siklus kerja shock absorber ketika piston rod dalam posisi tertekan akibat gaya osilasi pegas suspensi. Tekanan yang terjadi pada piston rod ini membuat shock absorber mengalami pemendekan ukuran.
Saat siklus kompresi terjadi, piston akan bergerak kedalam dan menekan minyak shock absorber yang berada di dalam ruang bawah piston. Akibatnya, minyak akan tertekan dan mengalir menuju ruang atas piston melalui sebuah lubang valve berukuran besar sebagai tempat berpindahnya minyak shock absorber.
Sementara itu, lubang orifice kecil pada piston akan tertutup oleh katup yang berupa membran tipis yang dipasang dibawah piston. Tertutupnya lubang orifice ini terjadi akibat tekanan pada piston yang menekan minyak. Tekanan minyak ini akan membuat katup / membran tersebut menutup lubang orifice.
Dengan begitu, maka saat ini shock absorber tidak melakukan peredaman terhadap gaya tekan osilasi dari pegas suspensi karena minyak dapat naik langsung ke dalam ruang diatas piston dengan mudah melalui lubang valve berukuran besar tadi.
Baca juga :
2. Siklus ekstensi (Memanjang)
Siklus ekstensi menjadi siklus kerja shock absorber ketika piston bergerak dari posisi bawah kembali ke atas. Gerakan ini akan mengubah ukuran shock mengalami pemanjangan ukuran kembali.
Kembalinya piston yang bergerak naik keatas ini membuat minyak shock absorber yang sudah berada diruang atas piston menjadi tertekan. Disisi lain, lubang valve berukuran besar ini akan tertutup akibat tekanan minyak yang semakin membesar.
Sedangkan disisi lain, tekanan minyak juga akan menekan membran yang menutup lubang orifice kecil sebelumnya. Ketika membran penutup lubang orifice ini terbuka, maka minyak shock absorber akan mengalir kembali ke ruangan dibawah piston.
Namun karena tempat mengalirnya minyak shock pada lubang orifice ini terlalu kecil, maka aliran minyak shock absorber ini akan terhambat dan tidak akan bisa cepat turun ke ruang bawah piston. Disaat inilah shock absorber melakukan peredaman terhadap gaya osilasi pegas suspensi.