Pernah dengar "Sampah Jadi Berkah"? Kredo tersebut baru muncul setelah adanya semangat dan kampanye besar-besaran untuk mendaur ulang sampah. Hal ini setali tiga uang dengan kampanye 'perubahan iklim'. Terlepas dari pro dan kontra gerakan dan kepedulian perubahan iklim, hal tersebut turut serta memengaruhi makna kata 'sampah' dalam bahasa Indonesia.
Pada awalnya sampah bersinonim dengan 'kotoran'. Namanya saja kotoran yaitu hal yang kotor dan membuat kotor. Sampah atau kotoran adalah sesuatu yang memperburuk keadaan atau pemandangan, maka harus dimusnahkan dan disingkirkan.
Berdasarkan makna awal tersebut, muncul frasa 'sampah masyarakat'. Arti kata 'sampah masyarakat' adalah orang yang membuat lingkungan sosial menjadi buruk. Orang yang membuat lingkungan buruk bisa karena perbuatan jahat atau perbuatan tercela lainnya. Misalnya prostitusi, pemabuk, dan sejenisnya.
Karena sampah pada pengertian awalnya merupakan kotoran, maka harus dimusnahkan. Cara memusnahkam sampah ada berbagai macam, ada yang dibakar ada pula yang dikubur ke dalam tanah.
Begitu pula dengan sampah masyarakat, cara mengatasinya (dulu) adalah dengan pemusnahan yaitu dengan penghilangan paksa.
Dewasa ini, cara pandang terhadap sampah sudah berubah. Cara pandang terhadap kotoran juga berubah. Sampah sudah didaur ulang. Maka, sampah tidak lagi melulu identik dengan hal negatif. Sampah adalah sebuah keniscayaan.
Sebuah rumah tangga pasti menghasilkan sampah. Dengan berbagai macamnya. Ada sampah rumah tangga berupa sisa makanan atau plastik. Ada pula sampah sisa-sisa perbaikan atau barang-barang yang sudah rusak.
Sampah dewasa ini artinya sudah dekat dengan kata uang, daur ulang, manfaat, dan pupuk. Misalnya sampah makanan, bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, begitu juga dengan kotoran hewan, bisa dijadikan pupuk. Sampah-sampah yang berasal dari plastik bisa didaur ulang kembali menjadi plastik baru. Sampah besi apalagi, harganya mahal.
Selain identik dengan kata berkah dan manfaat, sampah kini identik dengan kerajinan dan kreatifitas. Orang yang kreatif bisa memanfaatkan sampah menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis.
Sudah sering kita dengar berita tentang orang-orang yang menjadikan sampah sebagai bahan baku karyanya.
Akhir-akhir ini, sampah juga identik dengan bank dan alat tukar. Bank sampah didirikan di beberapa tempat. Di Malang, Jawa Timur ada dokter yang membuka klinik dengan layanan yang dibayar dengan sampah.
Sampah yang dulu hanya identik dengan kotoran sudah tidak relevan. Mungkin makna sampah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga harus diperbaiki.
Saran perbaikan:
Sampah adalah benda atau sesuatu yang sudah tidak dimanfaatkan tetapi masih memiliki nilai tambah.
Dengan demikian, cara pandang kita (orang Indonesia) terhadap sampah bisa berubah, juga memunculkan kepedulian terhadap masalah sampah.
Begitu pula dengan Sampah masyarakat mungkin bisa diberi makna pertama dan utama sebagai 'koruptor' atau Orang yang dengan sadar melakukan perbuatan tercela karena ketamakannya sehingga memunculkan penjahat-penjahat baru di tingkat bawah.
Entahlah...
Yang jelas, kata tidak pernah kehilangan makna...
Pada awalnya sampah bersinonim dengan 'kotoran'. Namanya saja kotoran yaitu hal yang kotor dan membuat kotor. Sampah atau kotoran adalah sesuatu yang memperburuk keadaan atau pemandangan, maka harus dimusnahkan dan disingkirkan.
Berdasarkan makna awal tersebut, muncul frasa 'sampah masyarakat'. Arti kata 'sampah masyarakat' adalah orang yang membuat lingkungan sosial menjadi buruk. Orang yang membuat lingkungan buruk bisa karena perbuatan jahat atau perbuatan tercela lainnya. Misalnya prostitusi, pemabuk, dan sejenisnya.
Karena sampah pada pengertian awalnya merupakan kotoran, maka harus dimusnahkan. Cara memusnahkam sampah ada berbagai macam, ada yang dibakar ada pula yang dikubur ke dalam tanah.
Begitu pula dengan sampah masyarakat, cara mengatasinya (dulu) adalah dengan pemusnahan yaitu dengan penghilangan paksa.
Dewasa ini, cara pandang terhadap sampah sudah berubah. Cara pandang terhadap kotoran juga berubah. Sampah sudah didaur ulang. Maka, sampah tidak lagi melulu identik dengan hal negatif. Sampah adalah sebuah keniscayaan.
Sebuah rumah tangga pasti menghasilkan sampah. Dengan berbagai macamnya. Ada sampah rumah tangga berupa sisa makanan atau plastik. Ada pula sampah sisa-sisa perbaikan atau barang-barang yang sudah rusak.
Sampah dewasa ini artinya sudah dekat dengan kata uang, daur ulang, manfaat, dan pupuk. Misalnya sampah makanan, bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, begitu juga dengan kotoran hewan, bisa dijadikan pupuk. Sampah-sampah yang berasal dari plastik bisa didaur ulang kembali menjadi plastik baru. Sampah besi apalagi, harganya mahal.
Selain identik dengan kata berkah dan manfaat, sampah kini identik dengan kerajinan dan kreatifitas. Orang yang kreatif bisa memanfaatkan sampah menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis.
Sudah sering kita dengar berita tentang orang-orang yang menjadikan sampah sebagai bahan baku karyanya.
Akhir-akhir ini, sampah juga identik dengan bank dan alat tukar. Bank sampah didirikan di beberapa tempat. Di Malang, Jawa Timur ada dokter yang membuka klinik dengan layanan yang dibayar dengan sampah.
Sampah yang dulu hanya identik dengan kotoran sudah tidak relevan. Mungkin makna sampah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga harus diperbaiki.
Saran perbaikan:
Sampah adalah benda atau sesuatu yang sudah tidak dimanfaatkan tetapi masih memiliki nilai tambah.
Dengan demikian, cara pandang kita (orang Indonesia) terhadap sampah bisa berubah, juga memunculkan kepedulian terhadap masalah sampah.
Begitu pula dengan Sampah masyarakat mungkin bisa diberi makna pertama dan utama sebagai 'koruptor' atau Orang yang dengan sadar melakukan perbuatan tercela karena ketamakannya sehingga memunculkan penjahat-penjahat baru di tingkat bawah.
Entahlah...
Yang jelas, kata tidak pernah kehilangan makna...