Selasa, 29 Oktober 2019

Blunder Twit Akun @AhokCenter

Wawan Setiawan Tirta
Sebenarnya malam ini sudah mau tidur. Iseng-iseng membuka twitter. Tertarik dengan status salah satu akun pendukung calon Gubernur DKI, @AhokCenter. Pilihan kata yang digunakan kurang pas dan justru blunder.

Akan tetapi sebelum menjelaskan lebih lanjut, terlebih dulu saya jelaskan bahwa saya bukan partisan. Juga bukan warga Jakarta. Hanya tertarik saja membahas pilihan kata para tokoh di twitter. Ini hanya salah satunya. Bisa dicek yang lain di BAHASA TOKOH

Twit akun @AhokCenter yang menurut saya blunder adalah twit yang disertai foto Djarot Syaiful Hidayat. Twitnya berbunyi:

Jakarta perlu pemimpin "cap rakyat" bukan
"cap intelek" dan bukan pula "cap ningrat"
#BaDjaMerakyat

Blunder Akun @AhokCenter


Twit di atas diposting pada hari Minggu malam, 5 Februari 2017 sekitar pukul 20.45. Tentu maunya admin akun tersebut mendukung Ahok yang selama ini mengklaim merakyat. Sementara 'Cap Intelek' ditujukan kepada 'Anies-Sandi'. Anies Baswedan punya latar belakang pendidik bahkan mantan rektor. Sementara 'Cap Ningrat' bisa mengarah ke Pasangan Nomor 1, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY adalah putra mantan presiden.

Tetapi blundernya justru karena satu kata, yaitu: "cap". Karena satu kata ini, yang awalnya dibangun positif bisa berubah menjadi negatif.

Kata cap dalam Kamus Besas Bahasa Indonesia Pusat Bahasa memiliki tujuh arti. Penggunaan kata cap bisa bermakna negatif karena kata itu bernada tuduhan. Namanya saja tuduhan, maka kemungkinan besar hal itu tidak benar.

Misalnya kata cap dalam kalimat: Pada masa Orde Baru, Budiman Sujatmiko dicap sebagai perongrong negara. 

Penggeunaan kata cap dalam kalimat di atas mengandung arti tuduhan. Menandakan bahwa kata cap merupakan bentuk legitimasi kuasa dari penguasa untuk menuduh pihak lain.

Nah, penggunaan kata cap dalam kata cap rakyat yang digunakan oleh akun @AhokCenter dapat dimaknai sebagai Ahok Cap Rakyat tapi bukan rakyat. Sama halnya dengan Budiman cap perongrong negara, padahal bukan.

Mungkin, pilihan kata yang tepat adalah cap ningrat. Memang, artinya ningrat adalah bangsawan. Tetapi untuk menjadi pemimpin sebuah birokrasi memang tidak tepat jika dipegang oleh orang yang dianggap atau bahkan bertindak ningrat. Bukannya melayani takutnya nanti malah minta dilayani.

Selain penggunaan kata cap. Kata yang juga bisa memantik kontroversi adalah kata intelek yang artinya terpelajar. Intelek tentu merujuk pada kata intelektual yang artinya mempunyai kecerdasan tinggi. Nah, antonim atau lawan kata intelek adalah (maaf) bodoh.

Pernyataan akun @AhokCenter justru menyebut bahwa Jakarta tidak membutuhkan pemimpin yang intelek, sedangkan jelas itu adalah akun milik pendukung Ahok. Jadi, kesimpulannya Ahok tidak intelek? Ahok bukan seorang intelektual? Berarti Ahok .....

Analisis ini merupakan analisis berdasarkan logika bahasa. Sekali lagi, ini bukan blog partisan yang mendukung atau membenci salah satu calon Gubernur DKI Jakarta. Toh selama ini kekuatan massa Ahok jauh lebih besar dari kedua penantangnya. Padahal didera berbagai kasus. Sekilas, kemungkinannya Ahok adalah pemenang, entah satu atau dua putaran.

Kurang lebihnya minta maaf (lha koyok pidato ae...) Karena.... Kata tak pernah bohong, manusia saja yang membuatnya kehilangan makna. Salam.